Berlibur Ke Paris Van Java

Paris Van Java, itulah yang ada di benakku saat keluargaku memutuskan untuk berlibur ke Bandung. Ayah sudah sering bercerita tentang kota yang katanya punya cuaca dan lingkungan bersahabat.

Senin, 2 Januari 2023, kami memulai perjalanan kami ke Bandung. Aku berlibur ke Bandung bersama ayah, bunda, nenek dan dua adikku, Ibad dan Maryam. Di sepanjang perjalanan, kami bersendau-gurau. Tak terasa, 3 jam  lamanya kami menempuh perjalanan, akhirnya sampai di Bandung. 

Di Bandung, kami menginap di rumah sepupuku di Padasuka Bandung. Selain kami dari Depok, eyang dan aki yang datang dari Cirebon juga ikut menginap. Sehingga, rumah sepupuku menjadi ramai. Suasana ini yang aku harapkan. Berkumpul bersama keluarga besar dari ayah dan bunda. 

Sore harinya, aku bermain bersama 2 sepupuku, Dira dan Difa, berjalan jalan di sekitar komplek.  Berbeda dengan Depok, cuaca di Bandung justru cerah dari siang sampe malam, membuatku bisa bermain di luar rumah. Malangnya, malam harinya ayah mendadak demam. Aku berharap ayah segera sembuh agar bisa mengantar kami berjalan-jalan keliling bandung esok hari.

🌸🌸🌸🌸🌸

Alhamdulillah, selasa shubuh, keadaan ayah membaik. Semalam, aku lihat ayah memang tidur lebih awal, banyak minum air putih, dan bergumam beristighfar. Mungkin, ia berharap segera sehat untuk mengajak kami berjalan-jalan.

Selasa, 3  Januari, matahari tak malu-malu menampakkan diri. Cuaca Bandung sangat cerah. Aku dan keluargaku bisa berjalan-jalan. Tujuan pertama kami adalah Masjid Al-Jabbar di daerah Gedebage, masjid yang sedang viral karena keindahan arsitekturnya.



Walaupun harus melewati jalan yang sempit, dan jarak parkiran cukup jauh ke masjid, kami akhirnya sampai di Masjid Al Jabbar jelang waktu dzuhur. Kami bisa melihat keindahan masjid yang didesain oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. 

Masjid Al Jabbar sangat ramai dipadati jamaah dari berbagai kota. Wajar saja karena masjid ini sangat indah, mewah, dan tempat wudhunya nyaman karena jamaah tak perlu berdiri, cukup duduk saja. Tapi, walaupun banyak sekali orang yang ada di masjid ini, kami masih bisa shalat tanpa terinjak dan tersenggol orang. 



Di luar masjid, ada danau buatan yang membuat aku termanjakan hembusan angin sejuk. Sesuai kemegahannya, masjid ini mengambil salah satu asmaul husna, Al Jabbar, yang artinya Maha Kuasa. Tapi, sepertinya sesuai juga bila dihubungkan dengan nama singkatan provinsi Jawa Barat, yaitu Jabar. Disini, aku tak melewatkan kesempatan berfoto-foto bersama keluargaku. 

🌸🌸🌸🌸🌸

Tak terasa waktu sudah pukul 13.30, perutku mulai bernyanyi-nyanyi, tampaknya harus segera diisi karena lapar.  Kami pun makan siang dulu di rumah makan di jalan Soekarno Hatta, rumah makan khas sunda, Curug Sampireun. Di rumah makan yang berhalaman luas ini, ada kolam yang berisi ikan-ikan besar yang kami bisa ikut memberi makan ikan-ikannya. 



Setelah makan, rencananya, kami mau pergi ke Museum Asia-Afrika di jalan Asia-Afrika. Sayangnya, sesampainya di jalan Asia-Afrika, Museum Asia-Afrika-nya sudah tutup karena hanya buka sampai jam 4 sore. Kami memang lama terjebak macet di jalan-jalan utama Bandung. Tapi sudahlah, aku jadi berjalan jalan dan foto-foto di jalan Asia-Afrika dan jalan Braga. Jalannya seperti kota-kota di Eropa dan bangunannya seperti gedung-gedung Belanda. Ada bioskop tua, museum, gedung, bank, hotel, restoran, kantor,  dll. MIrip seperti kota tua yang ada di Jakarta.

🌸🌸🌸🌸🌸

Di jalan Asia-Afrika, aku melihat banyak cosplay atau orang yang berdandan seperti figur di TV, seperti cosplay anime, contohnya Hatsune Miku, Sasuke, Boruto, Naruto. Ada juga cosplay hantu-hantu yang menakutkan, seperti kuntilanak, pocong, mumi, vampir, hantu kepala 3, hantu kepala buntung, dan cosplay seperti Bumblebee Transformer, Pikachu, Kapten Amerika, Spiderman, dan para cosplayer yang keren lainnya. Aku, Dira, Difa dan 2 adiku, Ibad dan Maryam berfoto bersama badut dan cosplayer anime dan hantu. Sekali foto, biasanya orang-orang memberi uang 2000 sampai 5000 rupiah kepada si cosplayer. Selain berfoto-foto di jalan Asia-Afrika, aku juga menjajal beberapa kuliner. Aku membeli Corn Dog dan es krim durian, sementara ayah dan bunda malah membeli makanan yang tidak khas Bandung, Somay dan Batagor. Ah, itu sih tak usah jauh-jauh ke Bandung. Di Depok pun ada. 

Hari mulai beranjak petang, kami pun beranjak dari Asia-Afrika. Ayah mengajak kami mampir sebentar ke kampus Unpad Bandung. Kayanya ayah mau nostalgia sewaktu masih kuliah. Disini hanya istirahat sebentar sebelum kami pulang ke rumah. Pulangnya kami melewati Gedung Sate dan Museum Geologi. Cuma tidak mampir. Kata ayah, Gedung Sate itu adalah pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Rabu, 4 Januari jadi terakhir kami liburan di Bandung. Kami mulai packing barang-barang untuk bersiap pulang. Namun sebelum kami pulang, uwakku, Uwak Lia, kakak dari ayahku, mengajakku berjalan-jalan ke tujuan wisata lainnya. Uwak Lia mengajak kami pergi ke Kiara Artha Park di Kiara Condong, sebuah taman wisata baru di Bandung. Kiara Artha Park adalah taman bermain untuk keluarga. Disini, tersedia banyak wahana bermain, rute berjalan kaki dan jogging. Aku bersama Dira, Difa, Ibad dan Kakak Fadlan, kakak sepupuku yang tertua, menyewa motor listrik, sepeda dan naik mobil golf untuk berkeliling di taman bermain. Kami juga menyaksikan pertunjukan air mancur yang memutar lagu nasional “Halo-halo Bandung” dan lagu-lagu daerah Sunda. Kayanya, pergi ke taman ini enaknya malam hari supaya bisa lihat kilau cahaya warna lampu-lampu di air mancur. Berkunjung ke Kiara Artha Park jadi tujuan wisata terakhir kami di Kota Bandung sebelum kembali ke Depok. Wisata liburan keliling Bandung benar-benar membuat liburanku menjadi bermakna. Paris Van Java…Sayonara…!!!

🌸🌸🌸🌸🌸


Shafa Khairatun Hisan






Komentar

Postingan Populer